Artikel Terbaru
Aku Selalu melihatnya di tempat yang sama - di bangku kayu dekat jendela, dengan sweater kebesarannya dan rambut panjang yang jatuh begitu alami. Namanya Seruni. Aku tahu itu dari seorang teman, tapi entah mengapa, rasanya aku sudah mengenalnya jauh sebelum namanya sampai di telingaku.
Ada sesuatu tentang dirinya yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Mungkin caranya memandang keluar jendela, seolah ada dunia lain yang hanya dia yang tahu. Atau caranya memainkan ujung lengan sweaternya saat pikirannya melayang entah ke mana. Ia jarang bicara. Tapi dalam diamnya, ada cerita-cerita yang tak selesai, ada rasa yang entah bagaimana membuatku ingin mendekat, ingin menjadi bagian dari dunianya.
Hari itu, untuk pertama kalinya aku melihatnya tersenyum kecil saat menatap kalung berbentuk hati di lehernya. Senyum itu sederhana, nyaris tak kentara, tapi cukup untuk membuat jantungku berdetak lebih cepat daripada biasanya.
Aku tidak berani menyapa. Aku hanya duduk beberapa bangku darinya, berpura-pura membaca buku, padahal diam-diam mataku mencuri pandangan ke arahnya. Ada sesuatu tentang Seruni yang membuat dunia di sekitarnya melambat - membuatku ingin menulis puisi, membuatku ingin melukis langit dengan warna-warna yang hanya ada di mataku saat melihatnya.
Aku tahu aku pengecut. Tapi mungkin, suatu hari, aku akan punya cukup keberanian untuk berkata, "Aku ingin mengenal dunia yang kau lihat, Seruni."
Untuk saat ini, aku cukup bahagia hanya dengan mengaguminya dalam diam, di antara ruang kosong yang terasa penuh hanya karena ada dirinya di sana.
~~~